Langsung ke konten utama

Perlukah saya melakukan pemeriksaan radiologi untuk kondisi nyeri pinggang?

Nyeri punggung merupakan keluhan yg banyak dialami oleh masyarakat. Bahkan mungkin menjadi penyakit yg menjadi “kekhawatiran” oleh masyarakat. Dalam penelitian multi-center di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia yang dilakukan oleh PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) tahun 2002, diketahui bahwa dari sebanyak 4.456 penderita nyeri (25% dari total kunjungan), 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah. Di Indonesia, pada tahun 2003 dilaporkan prevalensi seumur hidup nyeri punggung bawah antara 59,3% – 62,4% dan prevalensi tahunan antara 20,9% – 31,2%. Penelitian Community Oriented Program for Control of Rheumatic Disease (COPCORD) Indonesia pada tahun 2004, menunjukkan prevalensi nyeri punggung bawah mencapai 18,2% pada laki-laki dan 13,6% pada wanita terjadi di negara kita.

Banyak dokter maupun fisioterapis merekomendasikan orang dengan nyeri punggung bawah untuk melakukan pemeriksaan radiologi baik rontgen (X-rays) maupun MRI. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah MRI/X-ray dapat memastikan penyebab utama nyeri punggung bawah yang nantinya dapat memberikan informasi baik ke pasien maupun fisioterapis untuk manajemen nyeri punggung bawah?
Pada kebanyakan kasus nyeri punggung bawah, pemeriksaan X-ray maupun MRI tidak diperlukan. Setiap tahun sejumlah besar uang dihabiskan untuk kebutuhan yang tidak perlu (biaya X-ray dan MRI yang mahal, untuk kondisi nyeri punggung bawah).  Hanya beberapa kasus, pemeriksaan X-ray maupun MRI benar-benar berkontribusi pada perawatan nyeri punggung bawah yang lebih baik.  Sehingga, disarankan agar pemeriksaan yang "mahal" ini dicadangkan dan hanya digunakan dimana ada tanda-tanda adanya masalah yang lebih serius (malignancy, systemic inflammatory disease, infeksi, fraktur). Syukurlah, pemeriksaan klinis sederhana (diagnostic triage) biasanya cukup untuk mengidentifikasi minoritas orang yang memerlukan scanning. 

Bardin et al. Diagnostic triage for low back pain: a practical
approach for primary care. MJA 2017; 206 (6); 268-273

Sebagai informasi tambahan bahwa banyak orang dewasa dengan tanpa keluhan nyeri punggung bawah tampak beberapa gambaran abnormal pada hasil pemeriksaan X-ray maupun MRI. Kebanyakan orang dengan keluhan nyeri punggung bawah (90%) tidak memiliki patologi tulang belakang yang signifikan sehingga diistilahkan sebagai nyeri punggung bawah non-spesifik.  Dalam hal ini, fokus pada temuan (insidental) pada hasil X-ray atau MRI tidak banyak membantu dan tidak dapat memberikan suatu kepastian (reassurance) kepada pasien berkaitan penyebab nyeri punggung bawah.


Setiap profesional kesehatan harus berhati-hati mengenai bagaimana menafsirkan dan menjelaskan hasil pemeriksaan X-ray maupun MRI kepada pasien. Sebagai contoh, telah ditunjukkan (secara ilmiah) bahwa ketika profesional kesehatan menggunakan istilah seperti degenerasi tulang belakang "wear & tear" untuk menggambarkan hasil  pemeriksaan, hal ini berdampak pada buruknya prognosis dan hasil perawatan yang dilakukan. Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pasien dengan nyeri punggung bawah yang dianjurkan untuk pemeriksaan MRI sedini mungkin justru berpotensi terjadinya peningkatan derajat disabilitas dan resiko untuk dilakukannya suatu tindakan operasi lebih banyak dibanding pasien dengan tanpa pemeriksaan MRI.

http://www.latimes.com/sports/more/la-sp-tiger-woods-back-surgery-20170420-story.html
Ada banyak alasan mengapa pemeriksaan X-ray/MRI tidak perlu dilakukan (salah satunya potensial overtreatment & overdiagnosis).  Bagi orang-orang yang memiliki hasil pemeriksaan X-ray/MRI seperti "degenerasi diskus" pada kenyataanya tidak terkait erat dengan tingkat disabilitas nyeri punggung bawah. Dan mungkin lebih terkait dengan faktor-faktor seperti genetik, psikis, sosial, gaya hidup dari pada kelainan tulang belakang. 

Sehingga dari beberapa pembahasan di atas, bagi praktisi kesehatan khususnya fisioterapis, hal yang perlu dicatat bahwa istilah/kalimat yang digunakan dalam menjelaskan hasil pemeriksaan X-ray/MRI harus dijelaskan secara tepat pada orang dengan nyeri punggung bawah, karena banyak temuan pada hasil pemeriksaan tersebut mungkin tidak terkait dengan nyeri punggung bawah sama sekali. Dan apabila dalam pemeriksaan klinis (history + physical assessment) tidak mengindikasikan adanya permasalahan yang serius, pemeriksaan X-ray/MRI sebisa mungkin dihindari.


Salam sehat,

Firmansyah Purwanto
Physiotherapist
Website: movementpainpt.wordpress.com

Referensi:
1. Peterson CK, Bolton JE, Wood AR. A cross-sectional study correlating lumbar spine degeneration with disability and pain. Spine. 2000;25:218.
2. Battié MC, Videman T, Gibbons LE, Fisher LD, Manninen H, Gill K. Determinants of lumbar disc degeneration: a study relating lifetime exposures and magnetic resonance imaging findings in identical twins. Spine. 1995;20:2601. 
3. Jarvik JG, Deyo RA. Diagnostic evaluation of low back pain with emphasis on imaging. Ann Int Med. 2002;137:586.
4. Chou R, Qaseem A, Owens DK, Shekelle P. Diagnostic Imaging for Low Back Pain: Advice for High-Value Health Care From the American College of Physicians. Ann Int Med. 2011;154:181.
5. Savage R, Whitehouse G, Roberts N. The relationship between the magnetic resonance imaging appearance of the lumbar spine and low back pain, age and occupation in males. Eur Spine J. 1997;6:106-14.
6. Sloan TJ, Walsh DA. Explanatory and Diagnostic Labels and Perceived Prognosis in Chronic Low Back Pain. Spine. 2010;35:E1120.
7. Chou R, Fu R, Carrino JA, Deyo RA. Imaging strategies for low-back pain: systematic review and meta-analysis. Lancet. 2009;373:463-72.
8. Bardin LD, King P, Maher CG. Diagnostic triage for low back pain: a practical approach for primary care. MJA 2017; 206 (6); 268-273.
9. Boos N, Semmer N, Elfering A, Schade V, Gal I, Zanetti M, Kissling R, Buchegger N, Hodler J, Main CJ. Natural history of individuals with asymptomatic disc abnormalities in magnetic resonance imaging: predictors of low back pain-related medical consultation and work incapacity. Spine. 2000;25:1484. 
10. Flynn TW, Smith B, Chou R. Appropriate Use of Diagnostic Imaging in Low Back Pain: A Reminder That Unnecessary Imaging May Do as Much Harm as Good. JOSPT. 2011; 41 (11): 838-846. 
11. McCullough BJ, Johnson GR, MArtin BI, Jarvik JG. Lumbar MR Imaging and Reporting Epidemiology: Do Epidemiologic Data in Reports Affect Clinical Management?. Radiology. 2012; 262: 941-946.
12. Brinjikji et al. Systematic Literature Review of Imaging Features of Spinal Degeneration in Asymptomatic Populations. AJNR. 20015; 36:811-16.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah gerakan membungkuk berbahaya untuk kondisi nyeri pinggang yang saya alami?

Faktor ergonomi menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam manajemen nyeri punggung, sebagai contoh angkat-angkut barang. Akan tetapi, faktor ergonomi terlalu dilihat berlebihan ( overlap ). Contoh yang umum terjadi yaitu apabila anda mempunyai keluhan nyeri punggung maka anda tidak diperbolehkan angkat-angkut barang dengan cara membungkuk, dan diharuskan dengan cara berjongkok. Bagaimana dengan bukti yang ada? Tidak ada bukti yang kuat bahwa angkat-angkut barang dengan cara membungkuk dapat memperparah nyeri punggung atau mencederai punggung. Tidak ada bukti bahwa angkat-angkut barang dengan berjongkok ( squat lifting ) lebih aman/ergonomis dibanding dengan membungkuk ( stoop lifting ). Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Dreischarf dkk menunjukkan bahwa secara in vivo, tidak ada perbedaan beban tulang belakang ( spinal loads ) antara stoop lifting dan squat lifting . Pada studi lain, Coenen dkk meneliti pengaruh abdominal bracing terhadap aktivitas otot-otot trunk...

Mitos & Fakta Mengenai Angkat-Angkut Barang

Pemikiran Baru Tentang Nyeri Punggung Non-Traumatik